Kamis, 17 Januari 2013


Mencoba membuat Feature
Menyusuri jalan disamping gereja st.Clements mandonga,kita akan melihat pemandangan yang sudah tidak asing lagi bahkan sering kita abaikan. Wa Poi 38 tahun wanita yang kurus dan terlihat sakit - sakitan serta anaknya Fitra 8 tahun yang selalu mengemis dilampu merah jalan tersebut. Setiap pagi beliau bersama anaknya sudah datang ketempat itu berharap mendapat rejeki dari belas kasihan orang -orang yang melewati lampu merah tersebut.yang lebih menambah rasa iba dan simpatik kita adalah karena Wa Poi sudah mengalami kebutaan total pada matanya. Sehingga yang lebih sering melakukan segala aktivitas adalah anaknya yang bungsu.
Wa Poi memiliki empat orang anak, Saypul (14), Sumalbar (12), Fitri (10 ),Fitra(8), dari ke empat anaknya tersebut cuma anak pertamanya yang dapat bersekolah dibangku SMP sedangkan ke tiga anaknya yang lain sudah putus sekolah. Wa Poi  sudah dua kali menikah. Suami pertamanya  telah meninggal dunia di Malaysia beberapa tahun silam saat mencoba mengadu nasib di negara jiran tersebut.Suami keduanya  adalah buruh kasar bahkan yang hampir tidak jelas pekerjaan yang dimilikinya dan jarang pulang kerumah karena sering  meninggalkan rumah untuk waktu yang cukup lama tanpa ada kabar. Wa Poi dan keluarganya tinggal dirumah yang bahkan tidak dapat disebut layak dan hanya menumpang ditanah milik orang. sewaktu- waktu rumah yang dibangun diatas tanah pasti akan drubuhkan.
Dengan semangat hidup yang seadanya Wa Poi selalu berjuang  menghidupi ke empat anaknya  dengan tidak mengenal lelah. Karena jika dia tidak mengemis maka anak-anaknya pasti tidak akan makan. dia selalu berusaha menguatkan hati anak -anaknya untuk tabah menjalani kehidupan dan tidak mengeluh.
 Sebelum mengemis di lampu merah,dulunya beliau memulung bersama keempat anaknya. Ketika matahari mulai terbit beliau bersama keempat anaknya mulai keluar dari rumah untuk pergi memulung dan baru pulang kerumahnya saat tengah malam.Namun semenjak Wa Poi mengalami sakit keras dan memperparah keadaan matanya yang buta,beliau berhenti memulung dan mengemis ada pilihan terakhirnya.
 Bagi Wa Poi ketika kita dilahirkan didunia entah dalam kondisi baik atau buruk harus dijalani dengan ikhlas. Dengan mata yang buta total dan keadaan tubuh yang sering sakit -sakitan Wa Poi tetap bersemangat dan tetap tersenyum kepada semua orang, bahkan kepada orang yang sering mencibir atau menghindarinya karena dia cuma seorang pengemis.
Wa Poi wanita yang tidak berdaya karena sakit yang dideritanya tidak pernah berhenti berdoa agar anak - anaknya selalu dilindungi dan diberi kesehatan oleh Tuhan, dan selalu berharap agar anak -anaknya memiliki masa depan yang jauh lebih baik dari dirinya bahkan dapat menutupi masa lalu keluarganya yang cuma seorang pengemis.
Bagaimana dengan kita yang secara fisik masih normal apa yang sudah kita lakukan?sudahkah kita belajar berbagi hidup dengan sesama kita?karena kita lahir didunia ini pasti punya alasan.
Lakukan yang terbaik dan kasihilah sesamamu seperti engkau mengasihi dirimu sendiri.

Rabu, 19 Desember 2012

Kotaku, Kendari...

 Kendari adalah ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kendari diresmikan sebagai kotamadya (kini kota) dengan UU RI No. 6 Tahun 1995 tanggal 27 September 1995.

Penemu, penulis dan pembuat peta pertama tentang Kendari adalah Vosmaer (berkebangsaan Belanda) tahun 1831. Pada tanggal 9 Mei 1832 Vosmaer membangun istana raja Suku Tolaki bernama TEBAU di sekitar pelabuhan Kendari dan setiap tanggal 9 Mei pada waktu itu dan sekarang dirayakan sebagai hari jadi Kota Kendari.
Pada zaman kolonial Belanda Kendari adalah Ibukota Kewedanan dan Ibukota Onder Afdeling Laiwoi. Kota Kendari pertama kali tumbuh sebagai Ibukota Kecamatan dan selanjutnya berkembang menjadi Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959, dengan perkembangannya sebagai daerah permukiman, pusat perdagangan dan pelabuhan laut antar pulau. Luas kota pada saat itu ± 31.400 km².
Dengan terbitnya Perpu Nomor 2 Tahun 1964 Jo. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964, Kota Kendari ditetapkan sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara yang terdiri dari 2 (dua) wilayah kecamatan, yakni Kecamatan Kendari dan Kecamatan Mandonga dengan luas Wilayah ± 75,76 Km².
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1978, Kendari menjadi Kota Administratif yang meliputi tiga wilayah kecamatan yakni Kecamatan Kendari, Mandonga dan Poasia dengan 26 kelurahan dan luas wilayah ± 18.790 Ha. 
Mengingat pertumbuhan dan perkembangan Kota Kendari, maka dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1995 Kota Kendari ditetapkan menjadi Kota Madya Daerah Tingkat II Kendari, dengan luas wilayah mengalami perubahan menjadi 295,89 Km²

Perdagangan Antar Pulau

Volume perdagangan antar pulau hasil bumi dan laut di Kota Kendari tahun 2005 sebanyak 24.297,90 ton, mengalami peningkatan jika dibanding dengan tahun 2004 yang mencapai sebanyak 19.495 ton atau naik sebesar 24,64 persen. Untuk nilai perdagangan antar pulau pada tahun 2005 menunjukkan peningkatan, yakni naik 69,67 persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp. 77.096,42 juta.

 
Apabila kita lihat berdasarkan tujuan pelabuhan bongkar, ternyata pelabuhan Surabaya menjadi tujuan utama perdagangan antar pulau keluar dari pelabuhan Kota Kendari dalam tahun 2005 ini baik volume maupun nilainya. Volume perdagangan yang dibongkar pada pelabuhan tersebut 21.100,40 ton dan 34.435,20 m3 atau sekitar 86,74 persen dari total volume perdagangan antar pulau keluar dengan nilai mencapai Rp. 128.504.827 juta atau sekitar 87,53 persen dari total nilai perdagangan antar pulau keluar.

Sumber : wikipedia